oleh Tom Holladay |
“Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.” (Lukas 16:8) Bertindak kudus dan bersikap naif (polos) tentang uang itu berbeda. Bila anda tidak percaya pada saya, dengarkan apa yang dikatakan Yesus. Ingat perumpamaan yang diceritakan Yesus tentang bendahara yang tidak jujur? Kisah yang banyak disalah-pahami orang ini adalah tentang seorang pria yang baru saja dipecat dari pekerjaannya karena ia tidak melakukan pekerjaannya dengan benar. Menyadari bahwa sebentar lagi ia bakal menganggur, bendahara itu membuat rencana untuk bersahabat dengan orang-orang yang berutang kepada tuannya dengan cara memotong utang mereka. Dengan cara itu ia akan memiliki banyak teman yang dapat menolong dia ketika nanti dia menganggur. Perumpamaan ini mengandung banyak sekali kebenaran. Selama empat hari ke depan, kita akan memperhatikan beberapa prinsip penting tentang uang yang diajarkan Yesus melalui perumpamaan ini. Pertama, Ia mengajarkan prinsip kecerdikan. Tindakannya memang tampak tidak jujur, tetapi Yesus sendiri memuji dia karena kecerdikannya. Yesus berkata, “..tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang” (Lukas 16:8). Kita sering berpikir bahwa kecerdikan model begini merupakan sifat yang buruk. Tetapi sebenarnya tidak. Sikapnya juga mencerminkan hikmat. Allah ingin kita berhikmat dalam menyikapi semua yang telah dikaruniakanNya kepada kita. Sikap cerdik apa yang ditunjukkan oleh tindakan bendahara itu?
Ringkasnya, bendahara itu memanfaatkan apa yang dimilikinya sebaik-baiknya. Allah ingin kita bersikap demikian juga. Ada alsan mengapa Ia memberikan kepada kita apa yang sekarang kita miliki: supaya kita dapat membuat perbedaan bagi Dia di dunia ini. Untuk melakukannya secara efektif, kita harus berhikmat. Percakapkan
|